Bahagia adalah
ketika diri mampu membahagiakan orang lain. Bermanfaat adalah ketika diri mampu
membantu orang lain. Tuntutan peran yang kita lakukan selalu melibatkan orang
lain. Peran itu juga selalu menantikan aksi. Setiap pilihan sudah pasti memiliki
kesempatan yang berbeda. Setiap manusia selalu diharapkan untuk bisa melengkapi
kebutuhan manusia lain. Setiap orang pasti menyimpan makna bagi orang lainnya. “Tak
perlu khawatir, jika ada yang berkata: yah gue dimanfaatin aja nih!
Husnuzdhonlah... pikirkan dan pilihlah opsi yang baik, yaitu dirimu ataupun apa
yang telah dan akan kamu lakukan memang harus bernilai manfaat untuk orang
lain. Jika kamu mendapati pertanyaan: Rugi
dong, demi apa gitu? Jawabannya,
tentu saja, untuk dirimu. Diri sendiri. Tentu saja untuk diri yang berjiwa
besar yang ingin memiliki kebersihan hati dari sifat bakhil.
Sekiranya kamu
memilih untuk menjadi pribadi yang pemurah dan gemar menolong. Niscaya kamu
akan memilik banyak hal, berupa simpanan bekal, tabungan finansial dan juga
persediaan tenaga yang kelak kamu butuhkan sewaktu-waktu dalam hal tersulit. Dilain
waktu, saat kamu membutuhkan itu semua. Percayalah ada dzat yang Maha Kuasa
yang selalu memperhatikan dan menghitung semua kegiatan mu.
Bagi yang percaya
dan mengerti tentang kaidah take and give
ini. Hal diatas adalah dukungan dan pembenaran yang baik. Kata-kata yang
bergaris bawah diatas adalah masalahnya. Hal itu sering terjadi kan?. Ketika
kita berada di antar orang-orang yang memiliki banyak kepentingan dengan kita,
ataupun kita yang juga memiliki kepentingan sama pada mereka. Hal ini menjadi pembelajaran yang
sangat berkesan.
“Tulisan ini punya peluang besar untuk hidup
dalam kenyataan dan pikiran ini memiliki peluang besar untuk mengontrol pilihan
yang akan kita tentukan”. Terkadang ada saatnya, kata-kata hanya di lantunkan sebagai pemuas
pendengaran. Kemudian, tidakkah kita juga perlu porsi pemuasan nurani untuk
berpikir. Karna tentu, menurut saya, porsi berpikir itu tidak adil bila hanya
dimonopoli oleh otak. Karna ada satu sistem yang lebih menyenangkan jika hal
tersebut turut mendominasi diri dan karakter seseorang, Berpikir dengan hati. Apa
guna jika pintar berpikir namun tidak pintar merasa. Merasakan diri untuk
berpikir. Berpikir sebagai manusia. Berpikir sebagai manusia yang punya
kesempatan. Memikirkan keberuntungan sebagai manusia yang memiliki anugrah
terbaik dari sang Maha Kuasa.
Yuk...Open mind, tentukan pilihan terbaik untuk kebaikan diri
sendiri. Berhenti lah untuk berkecil hati dengan rasa bakhil. Tidakkah harusnya diri ini merasa berdosa, menyimpan nikmay dan rahmat Allah Sang Maha Penguasa yang telah menghidupkan. Hingga masing-masing
diantara kita sudah diberi tugas untuk menghidupkan roda kehidupan itu selayaknya dan untuk memberikan makna bagi orang lain.
Kemudian menghidupkan
seruan Sang Maha, yaitu ketika diri diminta untuk percaya dan berbagi. Percaya keESAanNYA dan berbagi tentang "rahmatNya" Guru
saya pernah berkata : Keimanan terwujud dalam
bentuk ibadah. Ibadah mencerminkan hakikat diri. Ibadah merupakan satu aplikasi kepatuhan untuk alasan
hidup yang tepat. Jadi, Pikirkanlah, bagaimana melakukan segala
hal dalam hidup sebagai ibadah. Saya rasa perkataan guru saya itu sudah cukup
jelas? Berdasar pada aturan Sang Kuasa, manusia telah memiliki ketentuan final yang
berhubungan dengan dirinya, namun masih ada ketentuan yang bisa dipertimbangkan
hasil finalnya. Ya! Tentu saja, Usaha dong!!
Setiap manusia punya
kesempatan menyusun banyak rencana kehidupan, setidaknya untuk diri sendiri.
Tentang beberapa pilihan yang ada, sudah jelas jika hidup pun sudah menjadi
pilihan terbaik. “Apa alasan tepatnya jika kita masih berkeluh- kesah tentang
prihal yang tak mendukung kebaikan hidup.” Apabila, tiba masa "uji
kelayakan", yaitu saat kenyataan seolah menjadi penghianat untuk semua harapan
dan keingianan. Bersabarlah. Itu artinya diri perlu belajar lebih banyak lagi
dan akan mendapat lebih banyak ilmu lagi. Buang jauh pilihan untuk berkecil
hati, buang jauh pikiran untuk bersifat bakhil, buang jauh pikiran untuk menyerah. Apakah pantas diri mengutuk "dimanfaatin" ? setelah begitu banyak kesempatan dan manfaat serta pilihan yang sudah kita dapatkan dan lakukan
sebelumnya. Stay Husnuzdhon, please!!
bertanyalah pada
dirimu, peran dan tugas apa yang sudah menjadikan dirimu lebih
bermanfaat? "Apa yang harus saya lakukan?"
Setelah jawaban itu ada, Mari kita melakukannya.
Setelah jawaban itu ada, Mari kita melakukannya.
Lakonkan peran itu, seakan dirimu adalah seorang ahli ataupun
master yang nyata-nyata membenarkan pilihan itu sebagi kenyataan.
Percaya atau tidak? Bisa atau tidak? Lakukan saja lah. Bismillah. Usaha dan Ikhtiar.
Kamu hanya perlu itu.
RENCANAKAN.....RASAKAN...dan
REALISASIKAN.
KAMU HANYA PERLU MELAKUKANNYA!!!!!!
*sebenarnya tulisan
ini adalah jejak rekam dari perbincangan hati dan pikiran saya. Proses saat
saya menuliskan ini yaitu ketika saya mendengar perkataan teman yang merasa
dimanfaatkan olah teman-temannya. Saya mengembangkanya menjadi tulisan karena
merasa perlu mendiktekannya kepada diri saya sendiri. Seakan saya juga perlu
menasehati diri saya sendiri dengan ceritanya. Kemudian saya menambahkan rangkain
semangat untuk memperbaiki persepsi diri dan rasa percaya diri lagi. Lebih dan
lagi* ~~semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar