“Ingatlah
bahwa dirimu adalah pemuda. Masa depanmu
adalah tanggung jawabmu. Kesuksesan itu dimulai dari tanganmu”
Saya teringat, dengan qoute Bang Haji Roma Irama yang menjadi andalan Arai kutip semasa SMA dari novel "sang Pemimpi"nya Andrea Hirata. Sebenarnya saya kurang respect dengan Bang Roma, tapi percikan kata-kata itu cukup giat menginspirasi saya, “Masa muda adalah masa yang berapi-api”.
See? Haha. Adakah sesuatu yang lucu?
Saya teringat, dengan qoute Bang Haji Roma Irama yang menjadi andalan Arai kutip semasa SMA dari novel "sang Pemimpi"nya Andrea Hirata. Sebenarnya saya kurang respect dengan Bang Roma, tapi percikan kata-kata itu cukup giat menginspirasi saya, “Masa muda adalah masa yang berapi-api”.
See? Haha. Adakah sesuatu yang lucu?
Sejujurnya saya
agak geli, karena berdasarkan memori saya, ketika saya menyadarkan
maknanya kepada teman saya sewaktu kami di bangku SMA, entah mengapa selalu
berhasil mengundang tawa. Entah mungkin karena bermula dari gayanya Bang Rona
yang sering di leluconkan teman saya, atau memang karena saya juga menggangap keduanya
sebagai lelucon. (Hah:/) Apakah kalian juga menggangapnya lelucon?
Hal tersebut bisa saja terjadi, (oleh karena apresiasi saya ini merupakan kenangan memori lama) bukan perkara hina jika seseorang akan terinspirasi
dari pengalaman orang lain, bahkan hal tersebut merupakan bentukan anugerah
yang tak terkira adanya. Coba bayangkan jika kamu tidak memiliki inspirasi
dan berlaku sombong, seakan dirimu merasa melakukannya sendirian saja, tanpa
campur tangan Sang Penguasa Alam (read-ALLAH) tanpa campur tangan orang lain
yang senantiasa justru sedang membantu dirimu untuk memiliki kemampuan yang
kamu inginkan. Well, mungkin itu bisa
termasuk sebagai instropeksi diri dan saya tidak akan membahasnya disini.
Back to head, lelucon atau
tidak, mungkin bagian dari kesadaran saja. Pada saat itu, saya memang
mengganggap hal itu sebagai lelucon sesama teman sepermainan. Justru, hal itu karena
kesadaran saya memang masih dalam tahap permainan sebagai anak bawang, yang
ikut serta tapi tidak memiliki perhitungan bahkan tidak diperhitungkan. Sekedar
ingatan, karena saya masih berpikir bahwa saya adalah anak muda yang bisa ini
itu sesuka saya, egoismesentris, pesimistis, melanklonis berlebihis (asli, istilah –is yang terakhir sangat maksa, jangan hiraukan).
Saat itu kesadaran memang belum
tersentuh dalam hati saya, bak terhijabi dengan gemerlap kelalaian, kemalasan dan penundaan. Seolah-olah saya berkeinginnan
seperti contoh super-superan yang menginspirasi, masih sekedar ingin, belum menunjukkan
usaha, aksi nyata, usahanya gitu `-_-‘
Hm,..Waktu terasa sangat bermakna, ketika kesadaran baru telah membuka tabir
peraduan, terkuak kesempatan yang menjemput diri untuk menjadi bagian dari yang
bermakna. Sudah waktunya menjelasakan segala yang tersimpan. Bukan lagi tentang
diri yang berhijab ketidaksadaran, tapi tentang diri yang berkobar dengan peluh
dan kesadaran yang membara. Siap untuk menjajal keberhasilan dengan penuh
kesadaran.
“Sungguh, kebermaknaan kesadaran
dan waktu yang telah mampu mengajarkan saya untuk percaya. Percaya kepada Sang
Pencipta. Percaya kepada Impian, dan percaya kepada usaha”. Saya tak perlu
merasa terlambat, tak perlu lagi merasa malu. Kinilah saatnya. Inilah waktu
saya. Kemudian dihari berikutnya juga adalah waktu saya. Saya harus selalu mengambil
kesempatan itu. Jika ingin memiliki harapan,
jika ingin memiliki waktu, jika ingin memiliki impian. Saya akan ciptakan kesempatan. Saya akan ciptakan koneksi dengan jalan yang tepat. Kemudian saya juga akan lakukan usaha nyata sebagai konsekuensinya. Bukankah itu jalan menuju keinginan sebagai sang muda?
"Kamu adalah pemuda, agent of change!"
Jadi kamu harus percaya, jiwa muda hanya bisa ditempa dengan semangat yang berkobar, bak api-api yang membakar seluruh kemalasan yang tak sadar terciptakan. Kamu jangan khawatir, tak perlu minder dengan keterbatasan, justru hal itu yang akan menjadi bahan bakar mu.
Jadi kamu harus percaya, jiwa muda hanya bisa ditempa dengan semangat yang berkobar, bak api-api yang membakar seluruh kemalasan yang tak sadar terciptakan. Kamu jangan khawatir, tak perlu minder dengan keterbatasan, justru hal itu yang akan menjadi bahan bakar mu.
Kamu setuju kan?
Setuju kan? ... Jiwa
muda adalah kamu yang memiliki tekad semangat. Jiwa muda adalah kamu yang
memiliki aksi nyata. Jiwa muda adalah kamu yang mengambil peran dalam tekad dan aksi nyata.
Ya kita adalah
Sang muda!
Pemuda tunas peradaban!
Pemuda tunas peradaban!
26012014
Salam Santun
penuh semangat, wasalam..