Sepersekian hati menyatakan: “Bersabarlah sebentar.
Belum waktunya untukmu.” Dan sepersekian hati memaksa: “take you action, yik!
You seme a loser.”
~Oh, kau yang bersembunyi di rongga paru-paruku,
kenapa kau begitu kejam.
Sepersekian pikiran berseru: “Tak inginkah kau melakukan
yang lebih baik dari ini, yik?”
Sepersekian lainnya membentak: “Aku muak denganmu yang lemah dan kerdil ini. Enyahkan lah aku, aku bosan denganmu!”
Sepersekian lainnya membentak: “Aku muak denganmu yang lemah dan kerdil ini. Enyahkan lah aku, aku bosan denganmu!”
~Oh, kau yang bersemayam dikepalaku, kenapa kuu
lebih kejam adanya.
Sepersekian jiwaku bergetar: “Ada apa denganmu, yik? kau rindu akan gunung-gunung disana, kan? Kau rindu dengan tawa-tawa anak-anak terluar disanakan, kan? Ayah Ibumu pasti bersedih melihatmu begini. Bersegeralah!
Sepersekian lainnya memberontak: “Apa yang akan
kita lakukan sekarang, wahai raga? perhatikanlah aku, Let's go, up up!
~Oh, sungguh, sungguh aku tidak tahu.. harus apa.
Kemudian si raga seolah mempermainkan drama yang melankolis dengan derai-derai isak yang menjadi reaksi yang tak diharapkan.
Kemudian si raga seolah mempermainkan drama yang melankolis dengan derai-derai isak yang menjadi reaksi yang tak diharapkan.
~Oh, semalang itukah aku?
Wahai sepersekian yang menyebalkan. Mengapa kalian enggan untuk bersahabat?
Wahai sepersekian yang menyebalkan. Mengapa kalian enggan untuk bersahabat?
Sudah
kukatakan: Aku tetap menyayangi kalian. Aku tetap membutuhkan
kalian, -sepersekian yang menyebalkan. Berkontraksilah
semau-maunya. Aku akan bertahan! Aku akan bersabar!
Januari* yang sunyi dari keceriaan yang kuharapkan. Memang tak lain seperti yang sudah kuprediksi sejak Desember.
Januari* yang sunyi dari keceriaan yang kuharapkan. Memang tak lain seperti yang sudah kuprediksi sejak Desember.
*Dalam kesendirian yang gelap
29.01.2015
Hmm.. Melankolis sekali ya. Tetap semangat aja..
BalasHapus