Untuk Badak Jawa:
Dicari Rumah Baru Layak Huni untuk Berkembang Biak
0leh : Sri Ramadani Harahap
Sebagian orang memilih untuk menyelesaikan masalah. Sebagian
lainnya, memilih untuk melupakan masalah.
Sebagian orang memilih untuk peduli dan sebagian lagi memilih untuk
tidak mau peduli. Alkisah, sebagian orang yang memilih untuk menyelesaikan
masalah itu. Konon memiliki kepedulian nyata bagi lingkungan sekitarnya. Mari
kita ketahui dengan jelas, tentang kondisi alam, flora dan fauna yang kian memintal
ironi di masa sekarang.
Tak hayal bahwa perhatian dari manusia mutlak diperlukan
untuk keberlangsunangan harmoni kehidupan. Anggaplah kita sebagai manusia yang paling
layak menggunakan akal dan pikiran untuk menjaga kelestarian alam ini.
Gema kampanye perlindungan satwa khas Indonesia kian
menggelora, bertepatan tanggal 22 September yang digagas sebagai Hari Badak
Internasional, semakin mengingatkan kepedulian manusia untuk ingat-mengingatkan
prihal ancaman kepunahan spesies badak di Indonesia.
Saat ini hanya tersisa lima jenis badak di dunia, yaitu dua
jenis badak Afrika, satu jenis badak India dan dua jenis badak Indonesia. Untuk
badak Indonesia, badak Jawa maupun badak Sumatera, oleh International Union
for Conservation of Nature (IUCN), sudah ditetapkan dalam kategori spesies
paling terancam kepunahannya.
Populasi badak Sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis) tersisa tidak lebih dari 200 ekor yang tersebar di Taman
Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung),
dan Waykambas (Lampung). Sedangkan badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) hanya berkisar 60 ekor yang berada di Taman
Nasional Ujung Kulon (Banten).
Badak Jawa merupakan salah satu mamalia besar terlangka di
dunia. Sebab populasi lain dari sub-spesies badak Jawa ini yang pernah berbeda
di Vietnam telah dinyatakan punah. Status badak Jawa sudah dilindungi sejak
1931 di Indonesia, yang diperkuat dengan penetapan Ujung Kulon di barat daya
pulau Jawa sebagai taman nasional sejak 1992.
Saat ini Taman Nasional Ujung Kulon menjadi satu-satunya
habitat yang tersisa bagi badak Jawa di Indonesia. Jumlah populasi badak Jawa yang
hanya tersentral pada habitat tunggal ini kian hari mengintai permasalahan baru.
Pasalnya, selain ancaman perburuan cula badak, faktor bencana alam juga mengancam
kondisi badak Jawa dikarenakan hutan habitatnya, Taman Nasional Ujung Kulon
berdekatan dengan Gunung Krakatau. Belum lagi, ancaman lain tentang
meningkatnya kebutuhan lahan sebagai akibat langsung pertumbuhan populasi
manusia yang menjadikan badak Jawa ibarat
telur di ujung culanya sendiri, tak punya pilihan harapan hidup lain yang
nyaman.
Berdasarkan informasi WWF Indonesia sudah dilakukan studi kelayakan terhadap ukuran
wilayah jelajah dan kondisi habitat, Ujung Kulon diperkirakan memiliki daya
dukung bagi 50 individu badak. Hanya saja, populasi yang stagnan menandakan
batas daya dukung sudah dicapai. Karena alasan tersebut serta upaya preventif
menghindarkan populasi badak dari ancaman penyakit dan bencana alam, para ahli sudah
merekomendasikan adanya habitat kedua bagi Badak Jawa.
Inilah gong perhatian untuk kita; relokasi habitat baru layak
huni untuk sang badak.
Fokus agenda leader World Wildlife Fund (WWF Indonesia) dan
pengasuh Yayasan Badak Indonesia (YABI) beserta para peneliti sudah berupaya untuk
mencarikan rumah baru untuk sang badak jawa. Beberapa alternatif yang
direncanakan sedang menyusun kenyamanan yang layak huni bagi kelangsungan hidup
badak Jawa. Kondisi alam yang sesuai dengan kondisi badak Jawa diharapkan akan
memberikan ruang baru yang lebih nyaman sebagai tempat perkembangbiakan badak
Jawa.
Para leader peneliti dari WWF Indonesia dan YABI menjelaskan
diantara beberapa lokasi yang sudah menjadi pertimbangan kelayakan ini,
diantaranya adalah; Hutan Baduy, Taman Nasional Halimun Salak, Cagar Alam
Sancang dan Cikepuh. Kandidat Suaka Margasatwa Cikepuh yang memiliki luasnya
8.127 hektare dengan keadaan topografi sebagian besar berbukit-bukit pada
ketinggian 0 sampai 250 meter di atas permukaan laut diduga menjadi alternatif
yang diperkirakan cocok menjadi habitat badak badak Jawa ini. Meskipun
penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk memastikan badak Jawa bisa
hidup dan berkembang biak dengan nyaman di habitat yang baru ini.
Mengingat badak Jawa termasuk hewan yang sulit berkembang
biak. Pemilihan rumah baru untuk badak Jawa harus melalui berbagai langkah
perencanaan dan penelitian yang matang. Sebagai upaya menempatkan habitat kedua
yang layak huni untuk badak Jawa, hal yang menjadi prioritas utama harus
mengingat dan memahami tentang kesesuaian pola hidup badak dengan lokasi
barunya kelak. Untuk pertimbangan rumah baru badak, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu
1. Sebagai hewan
herbivora, rumah baru sang badak nantinya sangat mutlak membutuhkan stok
makanan yang mendukung. Jenis tumbuh-tumbuhan,
daun dan ranting yang mampui dicapai oleh badak menjadi faktor urgen untuk
memenuhi kebutuhan biologis sang badak.
2. Badak Jawa lebih
senang melakukan penjelajahan terhadap habitatnya disertai perilaku berkubang. Badak
Jawa dalam sehari sampai dua atau tiga kali berada di kubangan lumpur yang harusnya
banyak ditumbuhi oleh vegetasi tumbuhan yang rapat. Maka kondisi rumah baru
sang badak kelak, harus memberikan ruang setidaknya kubangan terbaik bagi
kesenangan sang badak Jawa. Prihal kubangan untuk badak juga harus menjadi
perencanaan untuk relokasi rumah sang badak. Untuk memberikan kenyaman,
kubangan ini sedapatnya berasal dari aliran sungai kecil atau genangan air yang
terbentuk pada musim hujan. Pada saat berkubang badak Jawa biasanya
menggosok-gosokan tubuhnya pada batang-batang pohon di sepanjang jalur dari
kubangan ke wilayah jelajah selanjutnya.
3. Badak Jawa terkenal sangat “pemalu”,
sensitif, dan lebih memilih hidup soliter. Tak hayal; kondisi hutan yang
kondusif, aman dan bebas dari ranjau atau aktifitas manusia secara
terang-terangan menjadi prioritas utama. Habitat yang kondusif dan pro-badak itu akan memberikan kenyaman
untuk badak, sehingga tidak memicu adanya stres dan dapat membantu proses
perkembangbiakan badak dengan lancar.
Sebagai peyertaan akhir, andaikan,
marilah kita berandai-andai sejenak- sandainya dunia hanya butuh sebagain orang
yang memilih peduli itu untuk menyelesaikan masalah-masalah. Pastikan, Kawan,
kemalangan tidak ada dalam posisi kita sebagai manusia yang berpikir. Terlebih
bagi posisi sang badak yang sudah terancam punah. Sesungguhnya alam akan
memihak kita yang peduli dengan kelestariannya. New hope, new home and new life in wild for Rhino.
Cerita ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda
oleh Viva.Com
dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar